Bumi merupakan planet ketiga dalam sistem tata surya kita (Bimasakti) dan tempat bagi berlangsungnya aktivias manusia, serta bumi merupakan planet ketiga dari susunan sistem tata surya, setelah merkurius dan venus. Seperti halnya benda benda lain (batu, pohon, dll) bumi juga memiliki struktur lapisan yang tentu masih sangat menarik untuk dibahas. Karena akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Seperti yang telah kita bahas dimateri sebelumnya, bahwa bumi bagian dalam sulit sekali diketahui secara langsung sehingga orang berusaha mengenalisanya atau mengetahuinya melalui hasil pengukuran secara tidak langsung. Wujud bagian dalam bumi menimbulkan beberapa pendapata atau pandangan. Ada yang mengatakan bahwa semakin jauh ke dalam bumi maka temperature semakin tinggi, dimana kenaikan suhu rata rata 2oC/ 100 meter (gradien – geotermis) dan semakin dalam makin kecil gradien geotermis tersebut. Setelah diitung, para ahli memperkiran temperatur ini bumi sekitar 2.000oC – 3.000oC.
Hasil pengukuran empiris tersebut menimbulkan suatu pendapat bahwa inti bumi pasti berwujud gas karena pada temperatur sedemikian tingginya materi padat akan mencair kemudian berubah menjadi gas. Sebagian ahli lain tidak sependapat dengan alasan bahwa semakin ke dalam, tekanannya juga akan makin tinggi karena tekanan lapisan dari atas semakin besar. Oleh karena itu, di bawah tekanan yang begitu besar (sekitar 3 juta atmosfer), inti bumi tentunya berwujud padat. Muncullah suatu pendapat lain sebagai gabungan kedua pendapat tersebut yang mengatakan bahwa inti bumi wujudnya kental sebab sekalipun temperatur tinggi, namun tekanan yang begitu tinggi akan menghalangi perubahan zat menjadi gas.
Dalam perkembangan selanjutnya atas bantuan pengetahuan gelombang gempa, para ahli mengemukakan keterangan keterangan yang diperoleh tidak saja dari analisis tentang gelombang gempa, melainkan juga dengan hasil analisis parameter lainnya. Perkiraan perkiraan merupakan metode pendekatan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, para pakar bersepakat bahwa kemungkinan materi yang menyusun masing masing lapisan bumi tersebut harus diidentifikasikan secara baik dan benar.
Berdasarkan penelitian dengan bantuan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disebutkan sebelumnya, para ahli menyusun suatu teori tentang kerangka bumi. Berdasarkan teori tersebut merka telah membagi bumi ke dalam tiga bagian besar, yaitu kerak bumi (crush), selimut bumi (mantle), dan inti bumi (core). Berikut ini akan saya jelaskan satu persatu agar lebih jelas:
Wujud lapisan ini pada umumnya berupa materi materi yang padat. Dalam kerak bumi ini masih terbagi lagi ke dalam beberapa sublapisan, yatu lapisan yang bersifat granitis dan lapisan yang bersifat basaltis.
Pada perbatasan ke inti bumi terdapat lapisan transisi di mana kecepatan gelombang primer menurun dengan tajam dari 13 km/ detik menjadi 8 km/ detik. Lapisan transisi ini disebut Guttenberg Wiecbert Discontinuety Layer yang biasanya dijumpai pada kedalaman 2.898 km.
Sampai sekarang orang masih berkeyakinan bahwa inti bagian dalam dari bumi ini berupa padatan, akan tetapi secara termodinamika kondisi tidak menunjang, masalahnya pada suhu yang sangat tinggi sampai ribuan darajat celcius besi, nikel dan beberapa logam lainnya tidak akan berwujud padatan, tetapi berupa senyawa gas. Fakta menunjukkan bahwa inti bumi merupakan tempat yang mempunyai tekanan sangat tinggi sehingga memungkinkan wujud senyawanya tidak berada dalam keadaan padat, mengingat suhunya sangat tinggi. Ingat hubungan antara tekanan dan suhu !
Dalam kejadian sehari hari, tukang las besi dapat melelehkan besi pada suhu rubuan derajat, bagaimana jika suhunya dinaikkan lagi? Belum dapat dibayangkan oleh manusia. Kemungkinan unsur besi (Fe) dapat mengalir bebas seperti layakanya air sungai, bukti konkret dapat dilihat mengalirnya lava (magma) dari gunung berapi yang meletus, dimana lava cair itu mengalir di sepanjang aliran sungai.
Mungkin inti bagian dalam bumi berupa sisa sisa reaksi inti nuklir yang tersisa pada saat bumi terlepas dari pusaran dan ledakan dahsyat (big bang) sehingga inti bumi bagian dalam akan mati di kemudian hari (entah kapan). Jika asumsi itu benar, maka bulan merupakan salah satu planet yang serupa dengan bumi, namun saat ini intinya telah padam sehingga dinamika bulan tidak terjadi lagi dan bentuk bulan menjadi statis (tidak mengalami perubahan).
Seiring perkembangan jaman, teknologi dan ilmu pengerahuan, maka struktur dan lapisan bumi akan lebih menemukan titik terang dalam kepastiannya. Apakah nasib bumi kita ini akan seperti bulan atau planet lain yang serupa? Belum ada jawaban yang pasti, semuanya perkiraan saja. Namun demikian, para pakar tidak putus asa untuk mencari tahu tentang rahasia alam semesta ini. Terlepas dari itu semua, kita sebagai manusia wajib menjaga kelestarian bumi dan seisinya karena bumi merupakan aset berharga bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa bumi kita tidak dapat hidup di lain planet karena sampai saat ini belum ditemukan planet lain yang sama dengan bumi struktur serta kandungan oksigennya, sehingga kemungkinan untuk ditempati akan sulit.
Seperti yang telah kita bahas dimateri sebelumnya, bahwa bumi bagian dalam sulit sekali diketahui secara langsung sehingga orang berusaha mengenalisanya atau mengetahuinya melalui hasil pengukuran secara tidak langsung. Wujud bagian dalam bumi menimbulkan beberapa pendapata atau pandangan. Ada yang mengatakan bahwa semakin jauh ke dalam bumi maka temperature semakin tinggi, dimana kenaikan suhu rata rata 2oC/ 100 meter (gradien – geotermis) dan semakin dalam makin kecil gradien geotermis tersebut. Setelah diitung, para ahli memperkiran temperatur ini bumi sekitar 2.000oC – 3.000oC.
Hasil pengukuran empiris tersebut menimbulkan suatu pendapat bahwa inti bumi pasti berwujud gas karena pada temperatur sedemikian tingginya materi padat akan mencair kemudian berubah menjadi gas. Sebagian ahli lain tidak sependapat dengan alasan bahwa semakin ke dalam, tekanannya juga akan makin tinggi karena tekanan lapisan dari atas semakin besar. Oleh karena itu, di bawah tekanan yang begitu besar (sekitar 3 juta atmosfer), inti bumi tentunya berwujud padat. Muncullah suatu pendapat lain sebagai gabungan kedua pendapat tersebut yang mengatakan bahwa inti bumi wujudnya kental sebab sekalipun temperatur tinggi, namun tekanan yang begitu tinggi akan menghalangi perubahan zat menjadi gas.
Dalam perkembangan selanjutnya atas bantuan pengetahuan gelombang gempa, para ahli mengemukakan keterangan keterangan yang diperoleh tidak saja dari analisis tentang gelombang gempa, melainkan juga dengan hasil analisis parameter lainnya. Perkiraan perkiraan merupakan metode pendekatan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, para pakar bersepakat bahwa kemungkinan materi yang menyusun masing masing lapisan bumi tersebut harus diidentifikasikan secara baik dan benar.
Berdasarkan penelitian dengan bantuan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disebutkan sebelumnya, para ahli menyusun suatu teori tentang kerangka bumi. Berdasarkan teori tersebut merka telah membagi bumi ke dalam tiga bagian besar, yaitu kerak bumi (crush), selimut bumi (mantle), dan inti bumi (core). Berikut ini akan saya jelaskan satu persatu agar lebih jelas:
1. Kerak Bumi (Crush)
Lapisan ini menempati bagian paling atas atau permukaan bumi denga n tebal rata rata antara 10 – 50 km. Tebal lapisan ini tidak sama di semua tempat di permukaan bumi ada yang tebal dan ada yang tipis pula. Secara garis besar, di ataas benua tebalnya berkisar antara sekitar 20 – 50 km, namun di bawah dasar laut ketebalannya hanya mencapai sekitar 10 – 12 km saja. Jika dihubungkan dengan teori isostasi, tampaknya teori ini masih relevan sekali untuk menjelaskan tentang susunan lapisan bumi.Wujud lapisan ini pada umumnya berupa materi materi yang padat. Dalam kerak bumi ini masih terbagi lagi ke dalam beberapa sublapisan, yatu lapisan yang bersifat granitis dan lapisan yang bersifat basaltis.
- Lapisan Granitis / Kerak Benua / Continental Crust
- Lapisan Basaltis / Kerak Samudra / Ocean Crust
2. Selimut (Mantle)
Lapisan bagian dalam setelah kerak bumi adalah lapisan mantel, sesua dengan namanya lapisan ini bersifat melindungi bagian lebih dalam dari bumi (inti). Lapisan ini menempati bagian di bawah kerak bumi, pada umumnya dibagi atas tiga bagian lagi, yaitu litosfer, astenosfer dan mesosfer.- Litosfer
- Astenosfer (Low Velocity Layers)
- Mesosfer (Mantel Tengah dan Bawah)
Pada perbatasan ke inti bumi terdapat lapisan transisi di mana kecepatan gelombang primer menurun dengan tajam dari 13 km/ detik menjadi 8 km/ detik. Lapisan transisi ini disebut Guttenberg Wiecbert Discontinuety Layer yang biasanya dijumpai pada kedalaman 2.898 km.
3. Inti Bumi (Core)
Segala sesuatu pasti memiliki pusat atau inti, begitu juga dengan bumi kita ini. Terdapat bagian intinya juga. Lapisan paling dalam dari bumi disebut dengan inti bumi (core). Lapisan ini dapat pula dibedakan atas dua bagian, yaitu inti luar (Outer core) dan inti dalam (inner core). Berikut ini akan kami jelaskan satu persatu:- Inti Luar (Outer Core)
- Inti Dalam (inner Core)
Sampai sekarang orang masih berkeyakinan bahwa inti bagian dalam dari bumi ini berupa padatan, akan tetapi secara termodinamika kondisi tidak menunjang, masalahnya pada suhu yang sangat tinggi sampai ribuan darajat celcius besi, nikel dan beberapa logam lainnya tidak akan berwujud padatan, tetapi berupa senyawa gas. Fakta menunjukkan bahwa inti bumi merupakan tempat yang mempunyai tekanan sangat tinggi sehingga memungkinkan wujud senyawanya tidak berada dalam keadaan padat, mengingat suhunya sangat tinggi. Ingat hubungan antara tekanan dan suhu !
Dalam kejadian sehari hari, tukang las besi dapat melelehkan besi pada suhu rubuan derajat, bagaimana jika suhunya dinaikkan lagi? Belum dapat dibayangkan oleh manusia. Kemungkinan unsur besi (Fe) dapat mengalir bebas seperti layakanya air sungai, bukti konkret dapat dilihat mengalirnya lava (magma) dari gunung berapi yang meletus, dimana lava cair itu mengalir di sepanjang aliran sungai.
Mungkin inti bagian dalam bumi berupa sisa sisa reaksi inti nuklir yang tersisa pada saat bumi terlepas dari pusaran dan ledakan dahsyat (big bang) sehingga inti bumi bagian dalam akan mati di kemudian hari (entah kapan). Jika asumsi itu benar, maka bulan merupakan salah satu planet yang serupa dengan bumi, namun saat ini intinya telah padam sehingga dinamika bulan tidak terjadi lagi dan bentuk bulan menjadi statis (tidak mengalami perubahan).
Seiring perkembangan jaman, teknologi dan ilmu pengerahuan, maka struktur dan lapisan bumi akan lebih menemukan titik terang dalam kepastiannya. Apakah nasib bumi kita ini akan seperti bulan atau planet lain yang serupa? Belum ada jawaban yang pasti, semuanya perkiraan saja. Namun demikian, para pakar tidak putus asa untuk mencari tahu tentang rahasia alam semesta ini. Terlepas dari itu semua, kita sebagai manusia wajib menjaga kelestarian bumi dan seisinya karena bumi merupakan aset berharga bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa bumi kita tidak dapat hidup di lain planet karena sampai saat ini belum ditemukan planet lain yang sama dengan bumi struktur serta kandungan oksigennya, sehingga kemungkinan untuk ditempati akan sulit.