-->

Saturday 26 December 2015

Teori, Sejarah dan Proses Pembentukan Bumi

#

Banyak sekali teori teori tentang asal muasal terciptanya alam semesta termasuk terciptanya bumi kita ini. Mulai dari orang biasa hingga pakar pakarpun membuat sebuah teori teorinya.
Hingga sekarang manusia terus berusaha mengungkap proses pembentukan bumi. Dengan semakin manjunya ilmu pengetahuan dan teknologi, berarti teori pembentukan bumi mengalami perubahan secara terus menerus. Teori teori tersebut semakin berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan akal manusia. Pembahasan masalah pembentukan bumi tidak terlepas dari proses pembentukan alam semesta karena bumi merupakan salah satu planet yang dihuni oleh manusia, hewan, dan tumbuh tumbuhan.

Semula banyak orang beranggapan bahwa bumi itu terbentuk dengan sendirinya dan tidak berhubungan dengan pembentukan alam semesta. Bentuk bumi semula diperkiran mendatar sehingga pada saat itu orang khawatir terjatuh ke suatu tempat yang tidak diketahui pada saat mereka berjalan atau berlayar terlalu jauh menuju satu arah.

Dengan kemampuan daya pikir dan nalurinya manusia merenung, berandai andai, bertafakur, dan memikirkan fenomena alam sehingga terciptalah suatu teori atau aksiomatertentu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Bagaimana Archimedes menemukan hukumnya ketika ia mandi, bagaimana Newton menemukan teori gaya gravitasinya melalui misteri buah apel, dan banyak lagi pakar yang dianugrahi ilham atau intuisi untuk menjelaskan tentang fenomena alam semesta.

Teori, Sejarah dan Proses Pembentukan Bumi

Berkaitan dengan terbentuknya alam semesta, pada saat itu cara pemikiran merenung, berteori, dan berfilsafat untuk menjelaskan tentang fenomena alam semesta. Beberapa pakar yang sembat tercatat dengan teori teorinya terkait dengan pembentukan dan atau permasalahan bumi dan ruang angkasa (kosmologi) adalah sebagai berikut:

1.    Thales (625 – 547 SM)

Pada zaman ini seorang filosof Yunani bernama Thales telah mengemukakan beberapa teori tentang bumi. Thales adalah seorang murid di salah satu cos (perguruan) di Babilonia. Manurut Thales, alam semesta terdiri atas beberapa komponen inti yang mejadi dasar kehidupan makhluk di permukaan bumi. Komponen tersebut berupa air, api, bumi, dan udara.

Dengan demikian, ia berpendapat bahwa bumi merupakan benda alam semesta yang sudah ada dan merupakan penyusun alam semesta. Thales berpendapat bahwa bumi merupakan benda yang terapung di atas air. Pendapat tersebut dikeluarkan untuk menjelaskan bahwa gempa bumi diandaikan sebagai kapal yang terkena ombak sehingga oleng.

2.    Anaximander (585 – 528)

Seorang ahli filsafat terkenal yang bertempat tinggal di Ionia atau tepatnya di Miletus. Ionia terletak di Semenanjung Asia Kecil. Pada abad ke 6 dan 7 SM, Ionia menjadi pusat kebudayaan pada zaman Yunani.
Pendapat Anaximander tidak berbeda jauh dengan Thales, meskipun ua beranggapan bahwa unsur penyusun utama alam semesta yang terdiri atas empat komponen dasar. Yang berinteraksi membentuk senyawa atau bentukan lainnya, seperti api, air, bumi dan udara.

Ada beberapa faktor lainnya yang sangat penting, yaitu konseposi adanya apeiron berupa unsur alam lainnya yang saling bertentangan.
•    Jika ada panas, tentu ada dingin.
•    Jika ada basah, tentu ada kering.
•    Jika ada gunung, tentu ada lembah.
•    Jika ada yang bertambah, tentu ada yang berkurang.

Peranan apeiron adalah sebagai pengontrol dari keempat unsur penyusun alam semesta. Berdasarkan teori tersebut, ia berpendapat bahwa alam semesta terbentuk karena adanya pemampatan (kondensasi) sebagian dari udara. Kemudian pemampatan tersebut diikuti oleh pendinginan dan terbentuklah bumi. Bumi berbentuk mirip seperti daun meja yang pipih dan didukung oleh udara sehingga bumi dapat bergerak. Kepipihan bumi berfungsi untuk menahan diri agar dapat melayang.

3.    Phytagoras (abad ke 6)

Phytagoras merupakan salah satu pemikir dan ahli matematika Yunani. Beberapa dalil dalinya yang sampai saat ini dipergunakan dalam ilmu ukur dikenal sebagai rumus/ dalil Phytagoras. Selama hidupnya ia mengembara hingga ke Asia dan Mesir. Pada tahun 550 SM, ia menetap di crotona (italia) dan kemudain mendirikan perguruan agama. Pengikutnya dikenal dengan sebutan dengan Phytagorean.

Pendapatnya tentang bumi bahwa bumi berbentuk bulat dan berjalan di angkasa. Akan tetapi, kebenarannya tentang kebulatan dari bumi masih simpang siur, karena belum ada lat bukti yang akurat sehingga dapat diterima secara akal sehat. Hal itu belum disepakati dan dibuktikan secara ilmiah, karena kondisi budaya berfikir pada saat itu masih dibelenggu oleh ajaran agama tertentu. Selain itu, kondisi peralatan dan sarana laboratorium masih sederhana dan belum secanggih sekarang.

4.    Demokritos (460 – 370 SM)

Pemikiran ini lahir di Abdera di sekitar Babilonia. Ia lebih terkenal dengan teori teori atomnya. Atom dianggap sebagai substansi material yang memungkinkan terbentuknya struktur dan keberaturan alam semesta.

Hubungan antara atom dengan terbentuknya alam semesta sangat erat, atom atom yang berbeda saling memisahkan diri dari massa yang tidak terbentuk dan berkumpul di suatu ruang kosong yang sangat luas. Di tempat kosong tersebut atom atom berkumpul dan membentuk suatu pusaran. Atom atom berdesakan, dimana atom atom cahaya menetap pada bagian luar, sedangkan atom lainnya membentuk rangkaian yang tidak terputus, berbentuk sabit, dan membuat kulit luar. Itulah gambaran alam semesta. Lalu, bagaimana hubunga antara langit dan benda benda langit lainnya?

Pada pusatnya terdapat benda benda yang terbentuk dan sekarang sudah memisahkan diri, sebagian ada yang terbang ke atas dan berkedudukan pada kulit luar. Itulah yang disebut dengan benda benda langit, yakni Bumi, Merkurius, Mars, dan beberapa planet planet lainnya. Semua benda tersebut bergerak mengelilingi massa sentral yang telah terbentuk yaitu bumi. Gerakannya disebabkan oelh mengeringnya massa sentral ini dan menguapnya air sehingga bumi dan laut terpisah.

5.    Copernicus (1473 – 1543)

Suatu pendapat baru tentang alam semesta yang dinyatakan oleh Copernicus adalah tentang Heliocentris. Teori ini menyatakan bahwa matahari merupakan pusat peredaran benda alam.
Matahari merupakan pusat dari alam semesta dan kedudukannya adalah tetap(stationer). Seluruh gerakan penampakannya hanya merupakan khayalan belaka dari gerakan bumi.

6.    Galilei Galileo (1564 – 1642)

Galileo dilahirkan di Pisa, serti halnya Copernicus ia memulai pendidikan tingginya pada fakultas kedokteran. Akan tetapi, pada perkembangan pemikirannya yang dalam, ia sangat menaruh perhatian cukup besar pada bidang matematika.
Akhirnya ia berhasil meraih gelar guru besar (profesor) dalam bidang matematika dan astronomi pada tahun 1589.
Teori, Sejarah dan Proses Pembentukan Bumi

Pamikiran galileo tantang alam semesta sangat dipengaruhi oleh Demokritus. Ia berpendapat bahwa alam terbentuk dari partikel atom dan bergerak bebas di alam raya.
Materi materi yang terbentuk atom itulah yang akhirnya menjadi penyusun alam termasuk bumi. Kemajuan yang dipeloposi oleh Galileo adalah dari hasil penelitiannya tentang benda alam dengan menggunakan teropong bintang. Dengan alat tersebut ia dapat mengamati secara jelas tentang benda benda langit, seperti bintang, bulan, matahari, dan planet planet lainnya.

7.    Isaac Newton (1643 – 1723)

Newton dilahirkan disebuah tempat bernama Woolsthrope, Lincolnshire, Inggris tepat setahun setelah meninggalnya Galileo dan seabad setelah meninggalnya Copernicus. Banyak hasil karya, penelitian, dan pemikirannya baik dalam bidang matematikan, filsafat, maupun ilmu fisika. Dalam kaitannya dengan teori pembentukan alam semesta, Newton berpendapat mirip dengan Galileo.
Teori Newton lebih unggul karena Newton dapat membuktikannya dengan teori kosmologinya. Newton mampu menyelesaikan permasalahan tentang apakah yang memungkinkan alam semesta berkedudukan sebagai kosmos dan bukan sebagai khaos.

Berdasarkan teori newton tentang gaya gravitasi, ia dapat membuktikan suatu kekuatan tentang gaya yang mengatur pergerakan bumi, planet, dan benda lainnya yang berputar pada porosnya dan atau orbitnya. Gaya yang bekerja tersebut berbanding terbalik dengan kuadrat dari jaraknya.

8.    Albert Einstein (1879 – 1955)

Albert einstein dilahirkan di Ulm, jerman pada tanggal 14 Maret 1879. Semasa kecilnya ia dikenal sebagai anak yang abnormal, karena hingga usia sembilan tahun belum dapat berbicara dengan lancar dan nyentrik. Keragu raguan akan bentuk bumi yang bulat menjadi sirna setelah Columbus mengadakan perjalanan panjang sehingga mereka kembali ke tempat semula (awal pemberangkatan). Untuk membahas tentang kejadian bumi tidak dapat dibahas secara sendiri, melainkan harus dikaitkan dengan filsofis tentang pembentukan atau kejadian alam semesta. Suatu ilmu yang mempelajari tentang asal mula alam semesta disebut dengan kosmologi. Pembahasan masalh kosmologi serta benda benda langit lainnya (jagat raya) tidak terlepas dari pengertian tentang hal dibawah ini:
•    Ruang (space)
•    Waktu (time)
•    Gerak (motion)
•    Jarak Bintang (magnitute)
•    Gaya (force)
•    Materi (matter)
•    Perubahan (change)
•    Interaksi (interaction)
•    Bilangan (number)
•    Kualitas (quality)
•    Kausalitas (caussity)

Banyak para pakar mengemukakan teori teori tentang alam semesta yang membahas masalah alam semesta ditinjau dari dua aspek, yaitu alam semesta dilihat secara keseluruhan dan alam semesta dilihat dari unsur unsurnya.

Dari aspek keseluruhan, alam semesta dapat dibahas melalui aspek asal mula alam semesta, tertib alam semesta, dan kesempurnaan alam semesta. Sedangakan dari aspek aspek unsur alam semesta terbagi atas pokok bahasan, yaitu benda mati atau dunia anorganik (batuan, tanah dan air) dan benda hidup atau dunia organik (dunia tumbuh tumbuhan, hewan dan manusia).

9.    Lapplace (1749 – 1827)

Pada tahun 1796, seorang pakar astronomi dan matematikan dari suku bangsa Prancis bernama Piere Simon Marquis de Lapplace telah merumuskan suatu konsepsi tentang terbentuknya bumi dan jagad raya. Secara terus menerus Lapplace mengembangakan konsepsi/ pemikiran seorang pakar dari Jerman bernama Immanuel Kant (1724 – 1804).

Menurut Lapplace, bumi terbentuk dimulai dari adanya kabut berupa gas yang saling mendekati satu sama lain. Pada saat mendekat terjadilah suatu pusaran pada inti kabut. Pusaran semakin lama semakin cepat dan kabut disekitaranya tersedot dan ikut berputar sehingga putaran kabut semakin lama semakin cepat dan bola kabut semakin besar. Pusaran yang sangat cepat menimbulkan gesekan antar massa kabut yang mengekibatkan timbulnya panas. Suhu semakin tinggi sesuai dengan kecepatan gesekan antarmassa kabut. Titik kulminasi suhu tersebut menimbulkan kabut tersebut berpijar (nebula) yang berputar dengan gaya sentrifugal.

Pada kondisi perputaran yang maksimum, sebgaian nebula tidak kuat untuk bertahan sehingga telontar dan terpisah antara satu dengan lainnya. Pecahan pecahan nebula itu berputar putar sendiri sendiri dengan ukuran dan kecepatan yang berbeda. Pada kondisi suhu maksimum terjadi reaksi ini (nuklir), dimana unsur tersebut mengalami pembentukan dari unsur sederhana menjadi unsur yang kompleks. Dengan menurunnya suhu, reaksi nuklir terhenti dan terbentuklah susunan bumi serta planet dan tata surya lain yang kita lihat sekarang ini. Berubahnya bola api dari panas ke dingin diduga dimulai dari panas menjadi cair, proses ini diduga telah berjalan sekitar empat miliar tahun yang lalu.
Menurut konsep ini matahari dan bintang yang bercahaya merupakan sisa sisa nebula yang belum padam. Bulan merupakan salah satu contoh pecahan nebula yang telah padam sekian miliar tahun yang lalu.


Semua teori tersebut akan terus berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.